Pada awal berdirinya Madrasah Ibtidaiyyah Tarbiyatul Islam Ngarengan bermula dengan adanya 6 (enam) orang santri yang mengaji di rumah Mbah Ahmad dengan pengasuhnya yang bernama Kyai Yusuf ahmad (anak laki-laki mbah Ahmad). Keenam anak tersebut selain sudah mengenyam pendidikan dibangku SD (Sekolah Dasar) diwaktu pagi juga ingin ngaji, oleh karena ketidaktahuan mereka akan cara membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar, yang sesuai dengan ilmu Tajwid.
Maka timbullah gagasan baru agara supaya anak tersebut diberi pelajaran dengan sistem diterangkan sebagaimana layaknya yang diterangkan disekolah. Setelah itu Kyai Yusuf Ahmad menghubungi sahabatnya yang bernama Abdul Hadi bin Thohir guna membahas langkah langkah yang ditempuh, dengan jalan mengadakan musyawarah ala kadarnya di Masjid Agung Al-Mujahidin Ngarengan.
Pada akhirnya diambil keputusan yang mana Abdul Hadi bin Thohir siap membantu dan mendukung niat baik Kyai Yusuf Ahmad, dengan jalan memberi bantuan berupa papan tulis yang berukuran 40 x 60 cm sebagai media pembelajaran Ilmu Tajwid.
Dengan demikian niat anak-anak menjadi semakin bangkit untuk mempelajari Ilmu Agama secara luas dan mendalam. Agar supaya pengetahuan agama mereka bisa bertambah. Dan tidak berhenti pada Ilmu Tajwid saja tetapi merambah pada pengetahuan gama yang lain yaitu Baca Tulis Al-Qur'an (BTA) dengan menggunakan media papan tulis.
Setelah berjalan kurang lebih satu minggu anak-anak yang menimba ilmu pada Kyai Yusuf Ahmad bertambah 8 anak, yang pada akhirnya mencapai jumlah 14 anak.
Dan dengan adanya model pembelajaran sebagaimana tersebut diatas anak-anak bertambah senang dan giat belajar mengaji yang akhirnya dalam kurun waktu satu bulan, teman mereka meningkat dengan pesat sehingga mencapai 24 anak.
Karena kegiatan belajar dan mengaji dilalui mulai habis sholat magrib sampai setelah isya' maka waktu yang singkat itu tidak cukup untuk mengajar sebanyak 24 anak. Sehingga waktu belajar mengaji dipindah pada jam 14.00 WIB sampai pada jam 16.30 WIB dengan dibagi menjadi 3 kelompok. Karena kerepotan dalam mengajar akhirnya ditambah satu pengasuh lagi yaitu Maskan bin Mawi. Lama kelamaan anak-anak yang belajr ngaji bertambah banyak sehingga lokasi yang digunaklan untuk mengajar tidak memungkinkan lagi.
Setelah diadakan musyawarah bersama masyarakat dan para pengasuh akhirnya dicapai kata sepakat untuk membuat tempat penampungan para anak-anak. Dalam pelaksanaan pembangunan ala kadarnya itu dipimpin oleh bapak Maskun, dan sebagai pelaksananya Bapak Ilyas dan sebagai pengurus Bapak Abdul Hadi.
Tepat pada tanggal 1 Januari 1963 berdirilah bangunan yang sangat amat sederhana dengan ukuran7 x 24 meter yang terdiri dari 4 lokal yang beratap pohon rumbia dan berdinding dari bambu yang berdiri diatas tanah wakaf Bapak Thohir bin Asto Sawiyah (Ayah Bapak Abdul Hadi pegurus ) yang mana tanah itu telah diikrarkan kepada Panitia Pembangunan denganluas tanah 435 m2. Dan selang beberapa tahun kemudian karena tuntutan masyarakat agar di buatkan Sekolahan di dusun Ngarengan maka bangunan tersebut dialih fungsikan sebagai Madrasah. Dan saat itu juga Madrasah yang baru berdiri itu diberi Nama "TARBIYATUL ISLAM". Awal berdirinya Madrasah Ibtidaiyyah Tarbiyatul Islam Ngarengan di kepalai oleh Bapak Muzayyin, ZA dengan tenaga guru Bapak Yuuf, Bapak Tarnawi, Bapak, Masyhudi, Bapak Musni, Bapak Abdul hadi.
Sealang beberapa bulan kemudian pimpinan pembangunan Bapak Maskun beserta masyarakat mengadakan musyawarah untuk mengumpulkan dana guna memperbaiki bangunan yang telah ada dengan bangunan yang lebih kokoh dan layah pakai. Dan dalam musyawarah itu disepakati tiap-tiap panen masyarakat memberikan sebagian kecil hasil panen kepada madarasah. Dalam kurun waktu 6 tahun akhirnya terkumpul dana untuk merehab Madrasah Ibtidaiyyah Tarbiyatul Islam Ngarengan. Dasar bangunan berupa pondasi dengan kerangka kayu jati yang beratapkan genting dan berdinding kayu. Tepatnya tanggal 25 Juli tahun 1969 rehab itu selesai dilaksanakan.
Pada tahun 1980 Madrasah mendapat bantuan rehab dari pemerintah sebesar Rp.2.900.000,- dan mendapat bantuan guru negeri dari Depag. Dan pada tahun 1990 Madrasah mendapat dana rehab yang kedua dari pemerintah berupa genting, internit dan pintu yang ditangani oleh LKMD, serta mendapat bantuan almaridan buku-buku pelajaran.
Madrasah yangberdiri pad tahun 1963 itu mendapat status "TERDAFTAR" dengan piagam nomor: MK.07/5.b./PP.00.4/1757/1993 pada tanggal 13 september 1993.Dan pada tahun 2004 sejak Kepala Madrasah dijabat oleh Bapak Nurul Hana yang diangkat pada 10 Nopember 2003 menggantikan Bapak Musni tepatnya pada tanggal 18 April 2005, Madrasah Ibtidaiyyah Tarbiyatul Islam Ngarengan menyandang gelar terakreditasi tipe B dengan nomor piagam akreditasi nomor:Kw.11.4./4/PP.03.2/623.18.54/2005 dan dengan NSM :112331820215, berawal dari itulah Madrasah Ibtidaiyyah Tarbiyatul Islam Ngarengan berangsur - angsur berbenah baik dari segi administrasi dan segi kedisiplinan.
Satu yang bisa dibilang sebagai perubahan yaitu ketika kesiplinan di tegakkan di Madrasah Ibtidaiyyah Tarbiyatul Islam Ngarengan, terutama jam masuk dan jam keluar dengan memesan bel pelajaran otomatis seharga 2,5 jt, jam masuk dan keluar dan masuk menjadi tepat. Tidak seperti ketika masih menggunakan bel manual kadang ada keterlambatannya.
Tak hanya itu juga dengan adanya program pemerintah yang di dukung sepenuhnya dari MI Tarbiyatul Islam dengan dukungan penuh dari Bapak Nurul Hana, Alhamdulillah pada tahun 2007 empat dari Guru MI Tarbiyatul Islam bergelar D2 dan pada tahun 2009 tepatnya 23 Oktober 2009 tiga Guru MI Tarbiyatul Islam bergelar Sarjana Pendidikan Islam. dan Insyaalloh tahun 2010 dua Guru MI Tarbiyatul Islam juga bergelar S1. sehingga di MI Tarbiyatul Islam ada 5 Guru dengan gelar S.Pd.I, 1 Guru dengan gelar S.Ag, 1 Guru dengan gelar SE, 2 Guru dengan gelar D2 dan 7 dengan ijazah MA dan MTs.
Maka timbullah gagasan baru agara supaya anak tersebut diberi pelajaran dengan sistem diterangkan sebagaimana layaknya yang diterangkan disekolah. Setelah itu Kyai Yusuf Ahmad menghubungi sahabatnya yang bernama Abdul Hadi bin Thohir guna membahas langkah langkah yang ditempuh, dengan jalan mengadakan musyawarah ala kadarnya di Masjid Agung Al-Mujahidin Ngarengan.
Pada akhirnya diambil keputusan yang mana Abdul Hadi bin Thohir siap membantu dan mendukung niat baik Kyai Yusuf Ahmad, dengan jalan memberi bantuan berupa papan tulis yang berukuran 40 x 60 cm sebagai media pembelajaran Ilmu Tajwid.
Dengan demikian niat anak-anak menjadi semakin bangkit untuk mempelajari Ilmu Agama secara luas dan mendalam. Agar supaya pengetahuan agama mereka bisa bertambah. Dan tidak berhenti pada Ilmu Tajwid saja tetapi merambah pada pengetahuan gama yang lain yaitu Baca Tulis Al-Qur'an (BTA) dengan menggunakan media papan tulis.
Setelah berjalan kurang lebih satu minggu anak-anak yang menimba ilmu pada Kyai Yusuf Ahmad bertambah 8 anak, yang pada akhirnya mencapai jumlah 14 anak.
Dan dengan adanya model pembelajaran sebagaimana tersebut diatas anak-anak bertambah senang dan giat belajar mengaji yang akhirnya dalam kurun waktu satu bulan, teman mereka meningkat dengan pesat sehingga mencapai 24 anak.
Karena kegiatan belajar dan mengaji dilalui mulai habis sholat magrib sampai setelah isya' maka waktu yang singkat itu tidak cukup untuk mengajar sebanyak 24 anak. Sehingga waktu belajar mengaji dipindah pada jam 14.00 WIB sampai pada jam 16.30 WIB dengan dibagi menjadi 3 kelompok. Karena kerepotan dalam mengajar akhirnya ditambah satu pengasuh lagi yaitu Maskan bin Mawi. Lama kelamaan anak-anak yang belajr ngaji bertambah banyak sehingga lokasi yang digunaklan untuk mengajar tidak memungkinkan lagi.
Setelah diadakan musyawarah bersama masyarakat dan para pengasuh akhirnya dicapai kata sepakat untuk membuat tempat penampungan para anak-anak. Dalam pelaksanaan pembangunan ala kadarnya itu dipimpin oleh bapak Maskun, dan sebagai pelaksananya Bapak Ilyas dan sebagai pengurus Bapak Abdul Hadi.
Tepat pada tanggal 1 Januari 1963 berdirilah bangunan yang sangat amat sederhana dengan ukuran7 x 24 meter yang terdiri dari 4 lokal yang beratap pohon rumbia dan berdinding dari bambu yang berdiri diatas tanah wakaf Bapak Thohir bin Asto Sawiyah (Ayah Bapak Abdul Hadi pegurus ) yang mana tanah itu telah diikrarkan kepada Panitia Pembangunan denganluas tanah 435 m2. Dan selang beberapa tahun kemudian karena tuntutan masyarakat agar di buatkan Sekolahan di dusun Ngarengan maka bangunan tersebut dialih fungsikan sebagai Madrasah. Dan saat itu juga Madrasah yang baru berdiri itu diberi Nama "TARBIYATUL ISLAM". Awal berdirinya Madrasah Ibtidaiyyah Tarbiyatul Islam Ngarengan di kepalai oleh Bapak Muzayyin, ZA dengan tenaga guru Bapak Yuuf, Bapak Tarnawi, Bapak, Masyhudi, Bapak Musni, Bapak Abdul hadi.
Sealang beberapa bulan kemudian pimpinan pembangunan Bapak Maskun beserta masyarakat mengadakan musyawarah untuk mengumpulkan dana guna memperbaiki bangunan yang telah ada dengan bangunan yang lebih kokoh dan layah pakai. Dan dalam musyawarah itu disepakati tiap-tiap panen masyarakat memberikan sebagian kecil hasil panen kepada madarasah. Dalam kurun waktu 6 tahun akhirnya terkumpul dana untuk merehab Madrasah Ibtidaiyyah Tarbiyatul Islam Ngarengan. Dasar bangunan berupa pondasi dengan kerangka kayu jati yang beratapkan genting dan berdinding kayu. Tepatnya tanggal 25 Juli tahun 1969 rehab itu selesai dilaksanakan.
Pada tahun 1980 Madrasah mendapat bantuan rehab dari pemerintah sebesar Rp.2.900.000,- dan mendapat bantuan guru negeri dari Depag. Dan pada tahun 1990 Madrasah mendapat dana rehab yang kedua dari pemerintah berupa genting, internit dan pintu yang ditangani oleh LKMD, serta mendapat bantuan almaridan buku-buku pelajaran.
Madrasah yangberdiri pad tahun 1963 itu mendapat status "TERDAFTAR" dengan piagam nomor: MK.07/5.b./PP.00.4/1757/1993 pada tanggal 13 september 1993.Dan pada tahun 2004 sejak Kepala Madrasah dijabat oleh Bapak Nurul Hana yang diangkat pada 10 Nopember 2003 menggantikan Bapak Musni tepatnya pada tanggal 18 April 2005, Madrasah Ibtidaiyyah Tarbiyatul Islam Ngarengan menyandang gelar terakreditasi tipe B dengan nomor piagam akreditasi nomor:Kw.11.4./4/PP.03.2/623.18.54/2005 dan dengan NSM :112331820215, berawal dari itulah Madrasah Ibtidaiyyah Tarbiyatul Islam Ngarengan berangsur - angsur berbenah baik dari segi administrasi dan segi kedisiplinan.
Satu yang bisa dibilang sebagai perubahan yaitu ketika kesiplinan di tegakkan di Madrasah Ibtidaiyyah Tarbiyatul Islam Ngarengan, terutama jam masuk dan jam keluar dengan memesan bel pelajaran otomatis seharga 2,5 jt, jam masuk dan keluar dan masuk menjadi tepat. Tidak seperti ketika masih menggunakan bel manual kadang ada keterlambatannya.
Tak hanya itu juga dengan adanya program pemerintah yang di dukung sepenuhnya dari MI Tarbiyatul Islam dengan dukungan penuh dari Bapak Nurul Hana, Alhamdulillah pada tahun 2007 empat dari Guru MI Tarbiyatul Islam bergelar D2 dan pada tahun 2009 tepatnya 23 Oktober 2009 tiga Guru MI Tarbiyatul Islam bergelar Sarjana Pendidikan Islam. dan Insyaalloh tahun 2010 dua Guru MI Tarbiyatul Islam juga bergelar S1. sehingga di MI Tarbiyatul Islam ada 5 Guru dengan gelar S.Pd.I, 1 Guru dengan gelar S.Ag, 1 Guru dengan gelar SE, 2 Guru dengan gelar D2 dan 7 dengan ijazah MA dan MTs.
Komentar